Dunia ikan hias: Jual-beli Cupang Secara Online

Jual-beli Cupang Secara Online sebenarnya sudah ngetren lama. Umumnya memakai medsos facebook (FB). Lebih efisien dan efektif. Tinggal posting foto, lalu kasih keterangan secukupnya. Tawar-menawar bisa dengan model lelang atau harga japri (PM). Saya sendiri pernah melakukannya, memang mudah dan cepat. Tapi, pernahkah Anda melihat orang berantem di FB gara-gara jual-beli cupang? Atau, malah mengalaminya sendiri? Apa sebab dan solusinya?

Mereka berdebat dan berantem di FB nampak amat menyedihkan. Suasana komunikasi menjadi saling mencurigai dan melecehkan. Kata-katanya kasar dan saru. Bila sudah demikian, apa yang mereka dapatkan?

Apakah persahabatan yang para hobiis dengung-dengungkan? Apakah keuntungan materi yang mereka gadang-gadang? Apakah ilmu ternak cupang yang mereka cari-cari? Atau, apakah kesenangan atas nama pecinta cupang?

Tahukah teman, bahasa tulisan itu banyak kendalanya? Sekadar membedakan teks “Ambil!” dengan nada marah, bersemangat atau normal saja susah. Padahal hampir semua pemain cupang berkomunikasi lewat tulisan di FB, WA, BBM atau SMS. Maka, tak heran bila sering terjadi kesalahpahaman.

Lalu, apa sebabnya?

Sebab utamanya ada dua. Pertama, tidak ada itikad atau niat baik sejak awal. Niatnya hanya ingin menjatuhkan. Atau, bahkan ingin menipu?!

Kedua, kurang menerapkan prinsip-prinsip komunikasi efektif. Komunikasi efektif adalah komunikasi yang bertujuan agar komunikan (pendengar/pembaca) dapat memahami pesan yang disampaikan oleh komunikator (pembicara/penulis) secara baik. Setidak-tidaknya ada lima prinsip berkomunikasi efektif yaitu: Respect, Empathy, Audible, Care, dan Humble (REACH).

RESPECT (menghormati dan menghargai)

Bila komunikator menulis seenaknya atau lambat merespons maka komunikan akan merasa tidak dihormati. Komunikan juga akan menanggapi dengan seenaknya. Dia mungkin akan menawar ikan lalu menghilang begitu saja, tanpa menggubris lagi.

Masalahnya lagi, para penjual dan pembeli sering tidak memakai nama, alamat dan foto yang menunjukkan identitas sebenarnya. Padahal ini penting dalam berkomunikasi.

Oleh karena itu, sebaiknya tulisan (teks) memakai bahasa yang sopan meskipun harus terasa akrab. Pergunakanlah identitas diri yang sebenarnya dan jelas agar lebih mudah terjalin komunikas yang efektif dan mencegah kecurigaan.

Empathy (memahami perasaan dan pikiran orang lain)

Empati partner bicara itu penting. Apa yang menjadi kebutuhannya atau masalahnya? Kita bisa membantunya, dengan memberikan jawaban, saran dan solusi yang tepat. Dari situlah kita bisa menawarkan produk (cupang, dll) yang tepat dan urgen baginya. Sehingga, partner senang dan puas berinteraksi dengan kita, syukur-syukur bisa berkelanjutan.

Audible (mampu menyampaikan sesuatu yang dapat dimengerti)

Buatlah postingan yang jelas dan mudah dimengerti. Bila foto (cupang) terlihat jelek, kabur, ngeblur, atau tidak jelas, maka akan berdampak negatif, karena:

1) calon pembeli menjadi ragu-ragu, dan tidak tertarik lagi.

2) berpotensi menjadi sumber konflik. Misalnya komplain: “Di foto ikan berwarna hijau, kok jadi putih?” Lalu dijawab: “Memang warnanya putih, bro. Itu kan di foto!” Nah, jadilah konflik?

Care (memberikan perhatian)

Bagaimana rasanya bila kita di-cuekin? Komentar kita nggak ditanggapi. Tanya umur ikan, nggak digubris. Pastilah nyesek rasanya, dan nggak respek lagi.

Sebaliknya, bagaimana kalau kita diperhatikan dengan baik? “Ikannya sudah diterima, Mas? Ikannya sehat, Bro? Kalau ada masalah hubungi saya, ya” Tentulah, kita senang diperhatikan seperti itu. Oleh karena itu, perhatikan dan bangunlah komunikasi yang hangat, bersahabat dan tidak membosankan.

Humble (rendah hati)

Orang humble (rendah hati) pasti banyak orang menyukainya. Sebaliknya, orang sombong tentu banyak orang tidak menyukainya. Apakah dia itu calon pembeli, apalagi si penjualnya, pasti teman bicaranya akan risih banget.

Kayak apa sih orang sombong itu? Yeah, kira-kira orangnya sok tahu, sok punya, sok tenar, sok jagoan, sok cakep dan sok apalagi ya .... Pokoknya, nyebelinlah!